Hampir kebanyakan orang belum mengenal atau mengerti tentang apa itu
arti hidup yang sebenarnya. Banyak orang tidak paham untuk apa ia hidup
didunia ini, sehingga kehidupannya bebas tanpa batas seperti yang kita
lihat dalam masyarakat Barat atau dinegara kita sendiri. Mereka biasa
berhubungan seksual tanpa melewati pernikahan, mengambil harta yang
bukan haknya, membunuh, menipu, merampok, berpakaian telanjang, makan
dan minum yang haram.
Menurut saya Orang-orang seperti diatas disebut tidak memahami arti
hidup. Bagaimana seseorang mampu memahami arti hidup?.
Maka ia harus
mampu memecahkan empat persoalan mendasar berikut:
Dari mana saya berasal?
Siapakah saya sebenarnya?
Untuk apa saya hidup didunia ini?
Kemana saya setelah mati?
Ini merupakan pertanyaan yang wajar dan sesuai dengan fitrah manusia,
bahkan seorang anak kecil-pun akan bertanya dari mana ia sebelum
dilahirkan dan paling-paling ibunya menjawab bahwa ia berasal dari perut
ibunya. Tetapi kita sebagai manusia dewasa yang berakal tentu tidak
akan puas dengan jawaban dari perut ibu kita, untuk itu Sang Maha
Pencipta telah memberikan informasi tentang keberadaan kita melalui
wahyu-Nya yang tercantum dalam Al-Quran.
Dan banyak ayat dan hadist lain yang menjelaskan bahwa Allah swt yang
menciptakan kita, perkawinan, kehamilan dan kelahiran merupakan
perantara saja dari proses penciptaan manusia oleh Allah swt.Untuk apa
saya hidup didunia ini?
Allah swt secara tegas menyatakan bahwa Ia menciptakan kita semata-mata
untuk menyembah-Nya, artinya menjalankan semua perintah-Nya dan
meninggalkan semua larangan-Nya.
Seorang manusia pada saat mencapai baligh, maka semua hukum syara’
(syari’at Islam) terbebani kepada dirinya (taklif). Ia harus tahu
perintah yang harus dilakukan dan larangan yang harus ditinggalkan.
Setiap gerak langkahnya harus diukur dari kacamata syari’at, dia wajib
menjalankan ibadah shalat, puasa, zakat dan haji, kewajiban sebagai
suami dan istri, kewajiban menutup aurat, makanan yang halal,
menghindari mengambil yang bukan haknya (suap, komisi, dan lain-lain.),
tidak mengambil riba, kewajiban da’wah, jihad, dan lain-lain.
Mereka bisa saja mengaku beragama Islam tetapi tidak menjalankan
perintah agama, bahkan ibadah ritual seperti: shalat, puasa, zakat dan
haji-pun tidak dilakukan. Padahal Islam tidak sebatas ibadah ritual
semata, Islam mengatur seluruh sisi kehidupan kita, seperti: sistem
sosial (mu’amalah), ekonomi (iqtishadi), politik (siyasah), peradilan
dan sanksi (‘uqubat), dan lain-lain.
Syari’at Islam melalui Al-Quran dan sunnah tidak akan melewatkan satu
hal-pun dalam mengatur kehidupan manusia, karena aturan tersebut datang
dari Sang Maha Pencipta yang tahu persis kebutuhan manusia dari dulu,
sekarang dan akan datang.
Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian, telah Aku
cukupkan atas kalian nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai
agama bagi kalian (Al-Maidah 3).
Mereka yang memahami arti hidup maka setiap gerak langkahnya dalam
mengarungi kehidupan selalu mengacu kepada syari’at, ia akan selalu
berhati-hati dalam berbuat, lebih baik menunda sejenak dalam berbuat
sebelum ia tahu persis apakah hal tersebut halal atau haram. Inilah
manusia yang bertaqwa dan akan selamat dalam menempuh kehidupan dunia
serta beruntung diakhirat nanti.
Orang-orang yang mengabaikan syari’at Allah swt, merekalah orang yang
merugi karena mereka telah mengorbankan kehidupan akhirat yang abadi
dengan mengutamakan kehidupan dunia yang sementara. Rasulullah saw
menganalogikan kehidupan dunia “Bagaikan berteduh sejenak dibawah pohon
(dunia) dalam menempuh perjalanan panjang yang abadi (akhirat)”.
Kehidupan dunia bagaikan senda gurau belaka yang menyilaukan dan
seharusnya akhiratlah tujuan utama kita.
Hai orang-orang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian
maka mereka itulah orang-orang yang rugi (Al-Munafiqun 9).
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda-gurau
belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang
bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (Al-An’am 32).
Adapun orang yang melampui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan
dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya. Dan adapun
orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari
keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya
(An-Nazi’at 37-41).Kemana saya setelah mati?
Setiap jiwa pasti mati dan jika sudah tiba saatnya (ajal) tidak akan
dimajukan atau dimundurkan sedetik-pun, saat inilah sudah terlambat
untuk bertaubat.
Dan bagi setiap umat ada ajalnya. Apabila ajal itu sudah datang tidak
dapat mereka meminta diundurkan atau dimajukan sesaat juapun (Al-A’raf
34).
Dia berkata: “Alangkah baiknya sekiranya aku beramal dahulu untuk hidupku ini” (Al-Fajr 24).
Ketika kita dibangkitkan diakhirat nanti, semua yang kita lakukan
didunia akan dihisab satu persatu, tidak terkecuali, dosa kecil maupun
besar, pahala kecil maupun besar. Keputusannya hanya dua syurga atau
neraka.
Tiap-tiap jiwa akan dimintai pertanggung jawaban atas perbuatannya (Al-Mudatsir 38).
Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan
(peringatan itu), tentu kami tidak termasuk penghuni-penghuni neraka
yang menyala-nyala ini” (Al-Mulk 10).
Akhirul kalam, jika kita memahami arti hidup maka kita harus
mengutamakan kehidupan akhirat karena dunia ini persinggahan sementara
dari perjalanan panjang kehidupan kita. Kehidupan dunia harus digunakan
untuk menyiapkan bekal sebanyak mungkin untuk kehidupan abadi diakhirat
nanti.
0 komentar:
Posting Komentar